Waspada! Fraud Digital Masih Bayangi Transaksi Keuangan Di Ri

Darkweb, darknet and hacking concept. Hacker with cellphone. Man using dark web with smartphone. Mobile phone fraud, online scam and cyber security threat. Scammer using stolen cell. AR data code.
Ilustrasi fraud – Foto: Getty Images/iStockphoto/Tero Vesalainen

Jakarta

Seiring dengan kemajuan ekonomi digital Indonesia, kompleksitas dan frekuensi kejahatan dalam transaksi keuangan (Fraud Finansial) juga terus meningkat. Temuan modern dari Fraud Typologies Whitepaper GBG mengungkapkan lebih dari 56% bisnis di Indonesia sudah menjadi korban dari banyak sekali bentuk Fraud Digital.

GM Asia dan Fraud APAC GBG Bernardi Susastyo menyampaikan terjadi peningkatan signifikan dalam kesibukan Fraud di transaksi keuangan berupa pencurian identitas, Fraud Sintetis, sampai serangan social engineering yang kian canggih. Pada 2023 saja, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat peningkatan 25% dalam urusan pencurian identitas, yang membuat kerugian lebih dari Rp 500 miliar.

Tren yang mencemaskan ini merefleksikan pergantian regional yang lebih luas, di mana para penjahat mempergunakan teknologi terbaru, seumpama AI dan deepfakes untuk menjebol metode keselamatan dan mengeksploitasi kehabisan digital.

“Fraud meningkat cepat dan kian mencemaskan di Indonesia,” ujar Bernardi dalam keterangannya, dikutip Minggu (17/11/2024).

Baca juga: 8.000 Rekening Terkait Judi Online Diblokir!

Dia menerangkan salah satu kejahatan yang paling kerap terkena, merupakan Fraud Identitas Sintetis. Di mana para pelaku kriminal memadukan data orisinil dan artifisial untuk bikin identitas gres yang membuat kerugian besar terhadap dapat diandalkan bisnis dan keselamatan data.

Dia pun menganggap bisnis di Indonesia mesti menimbang-nimbang ulang pendekatan mereka terhadap pencegahan Fraud dengan mengintegrasikan metode deteksi yang adaptif dan cerdas.

“Era metode verifikasi secara sederhana sudah tak lagi sanggup digunakan. Saat ini, perusahaan membutuhkan alat mutakhir untuk tetap berada selangkah di depan para pelaku fraud, yang menggunakan seni administrasi mutakhir seumpama pencurian identitas berbasis AI dan phishing,” imbuh Bernardi.

Untuk menangani ancaman ini, pihaknya pun sudah mengidentifikasi beberapa langkah penting yang sanggup dipakai oleh bisnis-bisnis di Indonesia, di antaranya:

1. Meningkatkan metode verifikasi identitas dengan AI dan machine learning untuk mendeteksi referensi halus sikap pengguna.

2. Memberikan edukasi terhadap tim wacana ancaman social engineering seumpama phishing dan smishing, yang menghipnotis 67% bisnis tahun sebelumnya.

3. Menerapkan pemantauan Fraud secara berkesinambungan untuk menangkap kesibukan mencurigakan sejak dini, sebelum eskalasi dijalankan lebih lanjut.

fraud digitalkejahatan siberpencurian identitas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *