Studi Uob: Literasi Keuangan Penduduk Ri Tetap Besar Lengan Berkuasa Di Tengah Resesi

Jakarta – UOB bareng firma konsultasi administrasi global Boston Consulting Group mengerjakan studi untuk mengeksplorasi tren dan sentimen pelanggan di lima negara ASEAN, yakni Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Hasilnya, didapatkan bahwa tingkat literasi keuangan terus bertambah walaupun tekanan ekonomi kian terasa.
Adapun studi daring ini dijalankan pada Mei-Juni 2024, dengan melibatkan 1.000 pelanggan Indonesia dari aneka macam kalangan demografi untuk mengerti tingkat literasi keuangan, prioritas dan sikap penyusunan rencana mereka. Temuan di studi UOB ASEAN Consumer Sentiment Study (ACSS) 2024 memamerkan bahwa pelanggan Indonesia memiliki literasi keuangan yang solid, tetap aktif dalam menabung, berinvestasi, menyiapkan dana pensiun, dan melindungi diri lewat asuransi, di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi.
Consumer Banking Director UOB Indonesia, Cristina Teh Tan memastikan pihaknya percaya bahwa mengerti nasabah yakni konsentrasi dari segala hal yang UOB lakukan. UOB ACSS 2024 merefleksikan perjanjian bank untuk menggali pengetahuan yang paling berkaitan bagi penduduk Indonesia.
“Temuan ini memastikan kematangan finansial pelanggan Indonesia yang kian meningkat, bahkan di tengah tantangan ekonomi. UOB Indonesia tetap berkomitmen untuk mempekerjakan individu dengan alat dan sumber daya guna meraih tujuan keuangan mereka, mulai dari menabung dan asuransi, sampai penyusunan rencana pensiun. Wawasan ini memungkinkan kami untuk mendukung penduduk Indonesia dalam membangun masa depan finansial yang aman,” kata Cristina, dalam keterangan tertulis.
Meningkatnya Kekhawatiran pada Ketidakpastian Ekonomi
Temuan ACSS 2024 memamerkan adanya kegalauan penduduk kepada keadaan ekonomi di sekarang ini dibandingkan tahun lalu. Sebanyak 26% responden merasa tidak percaya (naik 3% dari 2023), 25% panik (naik 9% dari 2023), dan 18% panik (naik 7% dari 2023). Selain itu, 75% pelanggan percaya bahwa resesi akan terjadi dalam enam sampai 12 bulan ke depan.
Kekhawatiran kepada resesi juga meningkat, dengan tiga dari empat pelanggan Indonesia menyampaikan bahwa mereka percaya resesi akan terjadi dalam 6 sampai 12 bulan ke depan, naik 3% dari tahun kemudian dan lebih tinggi dari rata-rata regional sebesar 71%.
Inflasi yang meningkat dan ongkos rumah tangga mendorong pesimisme. Hal ini tetap menjadi perkara utama keuangan bagi penduduk Indonesia. Menanggapi hal ini, 62% responden mengawali pemanis sumber pemasukan sekunder, 58% menangguhkan pengeluaran besar, dan 54% memotong pengeluaran yang tidak penting.
Tekanan finansial juga memiliki efek pada kesanggupan pelanggan untuk menabung dan berinvestasi. Hampir separuh responden menyampaikan bahwa kesanggupan mereka untuk menabung terdampak, dengan Gen Z menjadi kalangan yang paling mencicipi tekanan ini (54%). Demikian pula, 40% responden melaporkan adanya tantangan dalam menyisakan duit untuk investasi, dan kalangan mass affluent ialah kalangan yang paling terdampak (43%). Selain itu, 35% pelanggan melaporkan kesusahan dalam berbelanja barang-barang penting untuk keluarga dan diri mereka sendiri, dan 40% mass consumer menyatakan kesusahan tersebut.
Konsumen Indonesia Prioritaskan Menabung
UOB Indonesia mengapresiasi keperkasaan pelanggan Indonesia dalam mempertahankan praktik keuangan yang baik. Lebih dari separuh generasi Baby Boomers menyisakan lebih dari 20% pemasukan bulanan mereka untuk tabungan. Sementara 41% Gen Y mengerjakan hal yang sama. Sebanyak 44% responden sudah menyisakan dana darurat yang cukup untuk menutupi keperluan selama setidaknya tiga bulan, memamerkan konsentrasi pada kesiapan finansial.
Kesadaran akan santunan asuransi juga memamerkan hasil yang kuat. Temuan ACSS 2024 memamerkan bahwa 77% responden memiliki asuransi kesehatan, sementara 45% memiliki polis asuransi jiwa, merefleksikan kenaikan kesadaran akan pentingnya santunan dari risiko yang tidak terduga.
Dalam hal investasi, proporsi signifikan dari penduduk Indonesia secara aktif membangun kekayaan mereka. Sebanyak 25% responden menginvestasikan lebih dari 20% pemasukan tahunan mereka, sementara 25% yang lain mengalokasikan 11%-20%pendapatan untuk investasi.
Perencanaan pensiun juga menjadi konsentrasi utama, dengan tujuh dari 10 responden menyatakan bahwa mereka memiliki pengertian yang cukup atau sungguh terperinci wacana jumlah dana yang dikehendaki untuk meraih pensiun yang nyaman. Sebanyak 89% responden sudah mengawali penyusunan rencana pensiun, khususnya lewat rekening simpanan (44%), deposito tetap (19%), dan investasi properti (11%). Temuan ini menekankan pendekatan proaktif dalam menentukan stabilitas finansial di masa depan.
Cristina menerangkan UOB Indonesia terus berinovasi dan menyempurnakan penyelesaian keuangan menurut pengetahuan yang diperoleh dari studi seumpama ini. Pada 2 Desember, UOB Indonesia pertama kali meluncurkan kegiatan ‘Savings Weeks’ untuk mendorong nasabah membangun kebiasaan menabung secara proaktif dan mengamankan masa depan finansial mereka.
“UOB Savings Weeks ialah bab dari perjanjian UOB Indonesia untuk mempekerjakan nasabah dalam meraih aspirasi keuangan mereka. Bank berkomitmen dalam menawarkan penyelesaian yang diubahsuaikan dengan keperluan finansial penduduk Indonesia, menentukan mereka siap menghadapi tantangan sekaligus mempergunakan potensi dalam lingkungan ekonomi yang dinamis,” pungkasnya.
Hasil lengkap studi ACSS 2024 sanggup diakses lewat situs resmi UOB Indonesia di go.uob.com/acss2024-id.advertorial